Anak
Indonesia 90an pasti tak
asing lagi dengan anime. Kita sedari kecil sudah mendapatkan akses menonton
animasi – animasi asal Jepang yang menemani libur akhir pekan. Dimulai dari jam
5 pagi hingga 12 siang kita sudah disuguhkan anime, mulai dari Dr. Slump, Dragon Ball,
Naruto, Kamen Raider dan masih banyak
lagi. Seiring perkembangan jaman dunia per-animean di Indonesia mulai
menghilang akibat stasiun tv yang bisa menayangkan anime sudah tidak lagi
menyangkannya. Alhasil bibit – bibit otaku kita mulai menghilang, namun
beberapa dari mereka masih bertahan hingga sekarang dan menjadi Otaku bahkan
lebih hardcore.
Untuk mereka yang memiliki passion dalam dunia per-otakuan mungkin tidak akan
masalah dan menjadikan itu bagian dari lifestyle mereka, namun bagi sebagain
orang menjadi seorang otaku adalah hal yang menjenuhkan. Entah itu karena,
serial anime yang tayang tidak mendapatkan interest yang baik, genre yang
monoton atau karena dorongan, tidak mempunyai cukup waktu untuk mengikuti
serial yang sedang tayang, terlebih image otaku masih kurang diterima di
Indonesia.
Menurut seorang pengguna twitter asal negeri sakura @mitragyna memberikan 10 daftar tanda kalau kamu mulai meningglakan otaku atau bukan otaku lagi.
【オタクの疲労Lv.目安】
— 倉戸みと@11/8(日)デザフェス E-282 (@mitragyna) October 20, 2018
Lv1.イベントに行かなくなる
Lv2.ゲームを積む
Lv3.ラノベを積む
Lv4.コミックを積む
Lv5.新作アニメが追えない
Lv6.毎週のアニメが追えない
Lv7.ソシャゲのイベントが追えない
Lv8.タイムラインが追えない
Lv9.オタク語り=昔の思い出
Lv10.もう、オタクじゃなくなってた。
Berdasarkan level berapa kamu sekarang, itu bisa dipengaruhi dimana kamu
menetap. Misalnya untuk orang yang tinggal di Jepang terutama Tokyo, acara –
acara berbau anime selalu di adakan. Sebagian dari mereka beralasan keluar dari
rumah dan sering kali bisa menjadi tamasya kecil-kecil, berbelanja seharian
atau pergi makan siang bersama teman-teman (kamu terkadang bisa menemui kolaborasi
anime dengan sebuah restoran di Jepang). Demikian juga, jika kamu tinggal
dijepang maka toko buku akan selalu dipenuhi dengan light novel disetiap sudut
toko, tentu saja memudahkan para otaku untuk mendapatkan asupan light novel
dengan mudah, berbeda halnya dengan negara diluar jepang, light novel
terjemahan membutuhkan waktu lama untuk di publis di negara tersebut, mulai
lamanya pengiriman materi dari Jepang sendiri, atuapun waktu penernejemahannya.
Namun, memang benar bahwa bagi mereka yang menemukan minat pada anime dan media berbaru otaku menghilang, atau setidaknya berkurang, perubahan sering kali terjadi dalam beberapa langkah. Tentu saja, minat tersebut mungkin saja bisa dihidupkan kembali dengan judul baru yang unik atau cukup dipoles untuk mengingatkan para otaku yang sudah lama tidak lagi tertarik pada hobi tersebut.
sumber: soranews24
Komentar
Posting Komentar